#FAJ002: Tadabbur Surah Al-Jin - Fiqih Alam Jin


Dunia jin bukan dunia hayalan atau dunia yang tidak punya realita. Islam meyakinkan umatnya bahwa dunia jin itu benar- benar ada dan memiliki urgensi untuk diketahui dan dipahami secara benar.

Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam - bahkan memberikan tempat khusus bagi dunia ini didalam sebuah surah lengkap yang disebut dengan surah al-Jinn. Bagi kaum muslimin yang ingin memahami dunia jin sejatinya merujuk kepada al-Qur'an secara umum dan kepada surah al-Jin secara khusus agar tidak salah paham tentang dunia yang penuh misteri ini.

Oleh karena itu, sepatutnya kita terlebih dulu membaca dan men-tadabburi *1) surah al-Jin secara singkat sebagai pengantar untuk masuk kepada pembahasan berikutnya tentang dunia yang tidak "terjangkau" nalar manusia ini.

 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ اُوْحِيَ اِلَيَّ اَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوْٓا اِنَّا سَمِعْنَا قُرْاٰنًا عَجَبًاۙ ١

يَّهْدِيْٓ اِلَى الرُّشْدِ فَاٰمَنَّا بِهٖۗ وَلَنْ نُّشْرِكَ بِرَبِّنَآ اَحَدًاۖ ٢

وَّاَنَّهٗ تَعٰلٰى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَّلَا وَلَدًاۖ ٣

وَّاَنَّهٗ كَانَ يَقُوْلُ سَفِيْهُنَا عَلَى اللّٰهِ شَطَطًاۖ ٤

وَّاَنَّا ظَنَنَّآ اَنْ لَّنْ تَقُوْلَ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۙ ٥

وَّاَنَّهٗ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْاِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًاۖ ٦

وَّاَنَّهُمْ ظَنُّوْا كَمَا ظَنَنْتُمْ اَنْ لَّنْ يَّبْعَثَ اللّٰهُ اَحَدًاۖ ٧

وَّاَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاۤءَ فَوَجَدْنٰهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا وَّشُهُبًاۖ ٨

وَّاَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِۗ فَمَنْ يَّسْتَمِعِ الْاٰنَ يَجِدْ لَهٗ شِهَابًا رَّصَدًاۖ ٩

وَّاَنَّا لَا نَدْرِيْٓ اَشَرٌّ اُرِيْدَ بِمَنْ فِى الْاَرْضِ اَمْ اَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًاۙ ١٠

وَّاَنَّا مِنَّا الصّٰلِحُوْنَ وَمِنَّا دُوْنَ ذٰلِكَۗ كُنَّا طَرَاۤىِٕقَ قِدَدًاۙ ١١

وَّاَنَّا ظَنَنَّآ اَنْ لَّنْ نُّعْجِزَ اللّٰهَ فِى الْاَرْضِ وَلَنْ نُّعْجِزَهٗ هَرَبًاۖ ١٢

وَّاَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدٰىٓ اٰمَنَّا بِهٖۗ فَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِرَبِّهٖ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَّلَا رَهَقًاۖ ١٣

وَّاَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَمِنَّا الْقٰسِطُوْنَۗ فَمَنْ اَسْلَمَ فَاُولٰۤىِٕكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا ١٤

وَاَمَّا الْقٰسِطُوْنَ فَكَانُوْا لِجَهَنَّمَ حَطَبًاۙ ١٥

وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ ١٦

لِّنَفْتِنَهُمْ فِيْهِۗ وَمَنْ يُّعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهٖ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًاۙ ١٧

وَّاَنَّ الْمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًاۖ ١٨

وَّاَنَّهٗ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللّٰهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًاۗ ࣖ ١٩

قُلْ اِنَّمَآ اَدْعُوْا رَبِّيْ وَلَآ اُشْرِكُ بِهٖٓ اَحَدًا ٢٠

قُلْ اِنِّيْ لَآ اَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَّلَا رَشَدًا ٢١

قُلْ اِنِّيْ لَنْ يُّجِيْرَنِيْ مِنَ اللّٰهِ اَحَدٌ ەۙ وَّلَنْ اَجِدَ مِنْ دُوْنِهٖ مُلْتَحَدًا ۙ ٢٢

اِلَّا بَلٰغًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِسٰلٰتِهٖۗ وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَاِنَّ لَهٗ نَارَ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًاۗ ٢٣

حَتّٰىٓ اِذَا رَاَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ فَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ اَضْعَفُ نَاصِرًا وَّاَقَلُّ عَدَدًاۗ ٢٤

قُلْ اِنْ اَدْرِيْٓ اَقَرِيْبٌ مَّا تُوْعَدُوْنَ اَمْ يَجْعَلُ لَهٗ رَبِّيْٓ اَمَدًا ٢٥

عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖٓ اَحَدًاۙ ٢٦

اِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ فَاِنَّهٗ يَسْلُكُ مِنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ رَصَدًاۙ ٢٧

لِّيَعْلَمَ اَنْ قَدْ اَبْلَغُوْا رِسٰلٰتِ رَبِّهِمْ وَاَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَاَحْصٰى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا ࣖ ٢٨ (الجن/72: 1-28)

Terjemahan Kemenag 2019

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

  1. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur’an yang kubaca).” Lalu, mereka berkata, “Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan,
  2. yang memberi petunjuk pada kebenaran, sehingga kami pun beriman padanya dan tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami. 
  3. Sesungguhnya Maha Tinggi keagungan Tuhan kami. Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.
  4. Sesungguhnya orang yang bodoh di antara kami selalu mengucapkan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.
  5. Sesungguhnya kami mengira bahwa manusia dan jin itu tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.” 
  6. Sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari (kalangan) manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan) jin sehingga mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat.
  7. Sesungguhnya mereka (jin) mengira sebagaimana kamu (orang musyrik Makkah) mengira bahwa Allah tidak akan membangkitkan kembali siapa pun (pada hari Kiamat). 
  8. (Jin berkata lagi,) “Sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit. Maka, kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api.
  9. Sesungguhnya kami (jin) dahulu selalu menduduki beberapa tempat (di langit) untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Akan tetapi, sekarang *731) siapa yang (mencoba) mencuri dengar pasti akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).
    • *731) Yang dimaksud dengan sekarang adalah waktu setelah Nabi Muhammad saw. diutus menjadi rasul.
  10.  Sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki terhadap siapa yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan terhadap mereka. 
  11. Sesungguhnya di antara kami ada yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda.
  12.  Sesungguhnya kami yakin bahwa kami tidak akan mampu melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di bumi dan tidak (pula) dapat lari melepaskan diri (dari)-Nya.
  13. Sesungguhnya ketika mendengar petunjuk (Al-Qur’an), kami pun beriman kepadanya. Maka, siapa yang beriman kepada Tuhannya tidak (perlu) takut akan pengurangan (pahala amalnya) dan tidak (takut pula) akan kesulitan (akibat penambahan dosa).
  14. Sesungguhnya di antara kami ada yang muslim dan ada (pula) yang menyimpang dari kebenaran. Siapa yang (memeluk) Islam telah memilih jalan yang benar.
  15. Adapun para penyimpang dari kebenaran menjadi bahan bakar (neraka) Jahanam.”
  16.  Seandainya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan air yang banyak (rezeki yang cukup).
  17. Dengan (cara) itu Kami hendak menguji mereka. Siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang sangat berat. 
  18. Sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah. Maka, janganlah menyembah apa pun bersamaan dengan (menyembah) Allah. 
  19. Sesungguhnya ketika hamba Allah (Nabi Muhammad) berdiri menyembah-Nya (melaksanakan salat), mereka (jin-jin) itu berdesakan mengerumuninya. 
  20. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun.”
  21. Katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak mampu (menolak) mudarat dan tidak (pula mampu mendatangkan) kebaikan kepadamu.”
  22. Katakanlah, “Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain-Nya. 
  23. (Yang aku mampu lakukan) hanyalah menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya sesungguhnya akan mendapat (azab) neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.”
  24. Dengan demikian, apabila melihat (azab) yang diancamkan kepadanya, mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit jumlahnya. 
  25. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak mengetahui apakah (azab) yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau Tuhanku menjadikan waktunya masih lama.”
  26. Dia mengetahui yang gaib. Lalu, Dia tidak memperlihatkan yang gaib itu kepada siapa pun,
  27. kecuali kepada rasul yang diridai-Nya. Sesungguhnya Dia menempatkan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya.
  28. (Yang demikian itu) agar Dia mengetahui bahwa (rasul-rasul itu) benar-benar telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedangkan (ilmu-Nya) meliputi apa yang ada pada mereka. Dia menghitung segala sesuatu satu per satu. (Al-Jinn/72:1-28)

 

Profil Surah

  1. Surah al-Jin adalah surah ke 72. Dinamakan surah al-Jin karena surah ini berkaitan dengan dunia jin dan hal-hal yang berkaitan dengan alam mereka.
  2. Ayatnya berjumlah 28 ayat.
  3. Surah al-Jin adalah Makkiyyah (diturunkan pada periode Makkah atau sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah).
  4. Awal surah menegaskan bahwa Rasulullah tidak dapat melihat jin jika tidak diberitahu oleh Allah.
  5. Akhir surah menjelaskan bahwa Ilmu Ghaib hanya milik Allah semata.
  6. Isi kandungannya:
    • Prinsip-prinsip Akidah Islam seperti Wahdaniyah (Keesaan Allah), Ar-Risalah (Kerasulan), Al-Ba'ts (Hari Kebangkitan) dan al-Jaza' (Balasan Amal). *3)
    • Inti pembicaraan surah ini seputar jin dan hal-hal yang berkaitan dengan alam mereka.
  7. Surah ini dinamakan dengan makhluk ghaib yang dibebani hukum (taklif) sebagaimana surah Al-Insan (manusia) dinamakan dengan nama makhluk nyata yang dibebani hukum (taklif). Manusia dan jin disebut ats-Tsaqalain.

Dalam surah al-Jin ini, Allah menceritakan sebahagian dari kehidupan jin dan karakternya. Pembukaan surah ini menegaskan bahwa pengetahuan Nabi Muhammad SAW tentang adanya makhluk Allah SWT bernama jin yang ikut mendengarkan al-Qur'an, semata-mata berdasarkan wahyu. Rasulullah SAW pada awalnya tidak menyadari keberadaan jin-jin yang hadir disekitar tempat beliau membacakan ayat-ayat al-Qur'an. Lalu Allah memberitahukan apa sebenarnya yang terjadi. Coba renungkan awal ayat yang berbunyi " قُلْ اُوْحِيَ اِلَيَّ "(Katakan ya Muhammad kepada kaum-mu "Telah diwahyukan kepadaku"). Allah perintahkan Rasul-Nya untuk menyampaikan kepada sahabat bahwa ada pemberitahuan dari Allah tentang sekelompok makhluk bernama jin yang ikut mendengar al-Qur'an. Rasulullah bukanlah seorang Nabi yang memiliki "indera keenam" sebagaimana keyakinan sebagian masyarakat muslim yang percaya adanya kemampuan melihat alam ghaib bagi orang-orang yang dekat kepada Allah SWT seperti wali dan orang-orang shalih.

Ayat ini hendaknya menjadi petunjuk bagi mereka bahwa seorang Nabi dan Rasul yang sangat dekat kepada Allah dan sebagai manusia terbaik disisi-Nya, tapi tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk melihat atau mengetahui keghaiban. Kalau tidak ada pemberitahuan atau perintah dari Allah SWT tentang jin-jin yang hadir di majelis tempat beliau menyampaikan al-Qur'an niscaya Rasulullah SAW tidak mengetahui adanya makhluk jin disana. Semata-mata karena wahyu dari Allah SWT, Rasulullah SAW mendapatkan informasi kehadiran jin ditempat itu. Ini merupakan dalil nyata bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan alam ghaib atau keghaiban, sumber informasi yang dapat dijadikan landasan adalah wahyu. Bukan akal atau logika, bukan intuisi atau mimpi dan bukan pula "indera keenam".

Ayat-ayat di dalam surah al-Jinn ini menyebutkan bahwa bangsa jin sangat terkesima mendengarkan ayat-ayat al-Qur'an sehingga membuat hati mereka bergetar. Mereka kembali kepada kaumnya menyampaikan apa yang mereka dengar dengan penuh rasa senang yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Sepanjang pesan- pesan yang disampaikan dalam surah ini, jin jin yang mendengarkan keajaiban al-Qur'an ini menceritakan diri mereka dan kaumnya serta karakter masing-masing kelompok mereka baik yang beriman maupun yang kafir. Kita merasakan melalui pesan-pesan yang terkandung dalam ayat-ayat surah al-Jin ini - bahwa Allah seakan- akan menegaskan "Inilah penjelasan dan keterangan dari makhluk ciptaan-Ku secara langsung tentang dunia mereka, bukan melalui karangan dan cerita para pendusta yang menggambarkan tentang dunia jin secara keliru berdasarkan mitos atau khurafat yang beredar sepanjang zaman". Sesuai dengan karakter jin yang penuh misteri, tentu masih banyak rahasia Allah yang terkandung dalam ayat ini dan juga tentang alam jin yang sesungguhnya.

Manusia dan jin adalah dua makhluk berbeda alam yang tidak mungkin bersatu dalam sebuah kerjasama atau saling bantu membantu dalam sebuah urusan. Jika kerjasama itu terjadi, maka jin menjadi makhluk yang sangat diuntungkan disebabkan kemampuan jin melihat dan mengetahui keberadaan manusia dan tidak sebaliknya. Jin-jin kafir dan fasik akan memanfaatkan "kelebihan" mereka mencari titik kelemahan manusia sehingga manusia selalu terjebak dengan bujuk rayunya. Oleh karena itulah di ayat 6, digambarkan jika manusia meminta perlindungan atau apa pun namanya dari pihak jin, maka sesungguhnya manusia akan sangat dirugikan dan jin-jin itu akan menyesatkan mereka.

Memang kemampuan jin dalam satu sisi sebagai makhluk ghaib harus diakui lebih tinggi karena pada aspek itu Allah melebihkan mereka dari manusia. Misalnya, mereka mampu naik ke langit dan mendengarkan informasi yang beredar disana. Itu artinya mereka memiliki kecepatan yang sangat luar biasa sebab antara langit dan bumi memiliki jarak yang cukup jauh untuk ukuran manusia. Setelah Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul, jin-jin itu tidak lagi memiliki kesempatan naik ke langit untuk mencuri berita. Setiap kali mereka naik, saat itu pula mereka akan diserang dengan panah api. Ini juga menjadi dalil bahwa segala sesuatu yang telah menjadi ketetapan (taqdir) Allah, jin tidak mengetahui sedikitpun. Jin tidak pernah tahu kapan dan dimana akan turun hujan, apalagi nasib seorang anak manusia. Sebab ketentuan Allah disampaikan di langit kepada malaikat yang bertugas melakukan eksekusi di bumi, sementara akses jin ke sana sudah tertutup.

Adakah jin yang baik? Seringkali seseorang menjadikan jin baik sebagai dalih untuk pembenaran keterlibatannya dengan dunia jin. Memang, jin itu ada yang shalih tapi tidak sedikit pula yang fasik, bahkan kafir. Jin-jin yang shalih sebagaimana manusia yang shalih, sangat memahami posisinya masing-masing jika dihadapkan dengan makhluk lain diluar alamnya. Allah SWT telah mengatur semuanya. Disana ada qanun atau undang-undang yang tidak boleh dilanggar. Setiap makhluk ciptaan Allah memiliki karakternya masing-masing, baik dari segi penciptaan maupun dari segi interaksinya dengan dunia lain. Jin-jin shalih meyakini betul adanya undang-undang yang mengatur keterlibatannya dengan dunia manusia sehingga tidak sesuka hatinya bersentuhan dengan dunia itu, apalagi melibatkan diri dengan penghuni dunia itu. Bahkan untuk masuk ke dunia itu dengan merubah wujudnya dengan penjelmaan (tasyakkul), dia harus menimbang dengan undang-undang yang ada.

Perbandingannya adalah manusia yang shalih dan taat kepada Allah. Bagaimana pun jin dan manusia memiliki tanggungjawab yang sama dari aspek aturan Allah sehingga keduanya disebut ats-tsaqalain (dua makhluk yang diberi beban syariat). Jadi membandingkan manusia yang shalih dan jin yang shalih tidak ada salahnya. Yang berbeda dari keduanya adalah bentuk penciptaan saja.

Orang yang shalih dan taat kepada Allah menyadari segala tindakannya harus sesuai dengan norma agama, baik dari segi akidah, ibadah dan akhlak. Ketika ia mengimani adanya dunia ghaib (alam al- ghaib) diluar dunia nyata (alam asy-syahadah), maka ia menyadari sikapnya terhadap dunia ghaib itu seperti apa dan bagaimana. Apakah ia dituntut sekedar mengimani saja atau ia harus mengetahui lebih banyak semua hal yang terkait dengan alam itu? Jika ia sadari bahwa tugasnya hanya mengimani keberadaan alam ghaib itu, maka urusannya selesai. Tapi jika ia merasa bahwa ia harus masuk ke dunia itu dan mengetahui semua yang terjadi disana, maka ia akan menemukan kelemahan dirinya untuk memasuki dunia itu. Disini, cukup baginya mengimani bahwa alam ghaib itu ada dan ia tidak akan dituntut untuk mengetahui lebih dalam tentang apa yang terjadi disana. Tapi, manusia-manusia pembangkang akan berusaha melibatkan dirinya dengan dunia ghaib dengan cara-cara yang tidak dibenarkan sehingga setan (jin kafir atau jin fasik) akan mempermainkan dirinya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Padahal, pengetahuan ghaib yang diperolehnya dengan cara-cara itu tidak lain hanyalah ilusi yang ditanamkan setan ke dalam pikirannya. Untuk menguatkan itu semua, setan kadang membantunya menciptakan opini bahwa ia benar-benar memiliki ilmu ghaib bahkan diberikan sebuah kemampuan yang tidak dimiliki manusia pada umumnya. Itulah tipu daya setan tanpa disadarinya.

Demikian pula halnya dengan jin muslim yang shalih dan taat, ia merasa tidak perlu melibatkan diri dengan dunia manusia. Apalagi bekerjasama dalam suatu hal dan berkepentingan. Sebab ia tahu bahwa alam jin dan alam manusia berbeda, maka mereka tidak akan pernah memiliki kepentingan yang harus dilakukan bersama- sama. Tidak ada satu nas pun yang menjelaskan bahwa manusia dan jin dapat bekerjasama dalam bidang kehidupannya masing- masing kecuali apa yang terjadi pada Nabi Sulaiman 'alaihissalam. Dan itu adalah mukjizat yang tidak akan pernah diberikan kepada siapa pun setelahnya, termasuk kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad tidak pernah membuat suatu pasukan khusus yang terdiri dari jin untuk melawan orang-orang kafir. Beliau juga tidak pernah mengajak jin bekerjasama membangun peradaban yang dapat dirasakan oleh manusia dan jin secara bersamaan. Rasulullah tidak pernah meminta bantuan jin untuk melakukan suatu pekerjaan, apakah sifatnya yang berkaitan dengan tugas keduniaan atau pun yang bersifat keakhiratan. Kecuali untuk menyampaikan dakwah Islam ke dunia mereka, bukan ke dunia manusia. Belum pernah ada sebuah riwayat menjelaskan bahwa ada seorang jin dijadikan khalifah, gubernur, da'i, utusan kepada orang kafir dan tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan urusan manusia. Jin hanya mampu mengatur dunia jin dan manusia juga hanya mampu mengatur dunia manusia. Oleh karena itu, jin menyadari kelemahannya dihadapan manusia sehingga ia tidak akan dapat berinteraksi dengan manusia dan hidup bersama manusia dengan penjelmaannya. Karena keduanya memang berbeda dan tidak bisa hidup bersama.

Sebagaimana manusia, jin juga akan menerima pembalasan dari semua perbuatan dan amal ibadahnya kepada Allah. Oleh karena itu, segala sesuatu yang melanggar undang-undang akan mendapatkan balasannya. Termasuk undang-undang yang mengatur kehidupan di alam jin dan hubungannya dengan dunia luar, yakni dunia manusia. Jin-jin shalih menyadari itu, sementara jin pembangkang atau setan tidak menghiraukan undang-undang atau ketetapan Allah sehingga mereka berupaya masuk ke dalam dunia manusia dan semua urusan manusia. Hal itu memang tugas mereka yang diwariskan oleh nenek moyangnya Iblis yang telah bertekad dihadapan Allah untuk menyesatkan manusia. Jin-jin yang muslim dan taat itu, meyakini adanya surga dan neraka bagi mereka. Muslim yang taat akan masuk surga dan jin pembangkang akan masuk neraka.

Diakhir ayat sebuah closing yang sangat tepat dan akurat dari pengakuan jin muslim melalui firman Allah SWT. Dunia jin adalah dunia ghaib bagi manusia dan disana masih banyak keghaiban-keghaiban selain dunia jin. Di akhir ayat surah al-Jinn ini, jin mengakui bahwa yang memiliki pengetahuan tentang dunia ghaib hanyalah Allah dan keghaiban itu tidak akan diperlihatkan kepada siapa pun kecuali kepada rasul yang diridhai oleh Allah. Lafazh "rasul" diayat ini sifatnya umum, bisa rasul dalam artian malaikat (ar-rasul al-malakiy) yang diutus Allah kepada manusia untuk melaksanakan tugasnya dan bisa juga rasul dari golongan manusia (ar-rasul al-basyariy) yaitu para rasul Allah. Jadi, malaikat diberikan Allah sebagian pengetahuan tentang keghaiban berkaitan dengan tugasnya. Sementara manusia yang diberikan pengetahuan tentang keghaiban adalah para rasul. Mereka diberikan wahyu oleh Allah tentang berbagai urusan, baik yang berkaitan dengan urusan dunia dan akhirat. Adapun pengetahuan ghaib (ilmu al-ghaib) yang bersifat permanen bagi diri seorang rasul, sejauh ini belum ada nas yang menjelaskan. Bahkan Nabi Muhammad SAW sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an - mengakui tidak memiliki ilmu tentang keghaiban. Jika beliau mengetahui sebagian peristiwa yang akan datang, itu karena adanya berita dari Allah SWT.

Sementara berkaitan dengan dunia jin yang ghaib, Allah SAW hanya memberikan ilmu itu kepada Nabi Sulaiman saja. Inilah kelebihan Nabi Sulaiman sebagai mukjizat yang diberikan Allah kepadanya. Rasulullah SAW pun tidak memiliki kemampuan atau ilmu yang permanen untuk mengetahui dunia jin. Jika ada peristiwa dimana beliau bersinggungan dengan dunia jin, maka itu hanyalah bersifat kasuistik. Artinya, Rasulullah tidak menguasai dunia jin sebagaimana nabi Sulaiman yang diberikan Allah mukjizat untuk memerintahkan dunia jin, dunia binatang dan sebagainya. Itu diakui oleh Rasulullah sebagai mukjizat Nabi Sulaiman yang tidak akan dimilikinya.

Jika hari ini banyak orang yang mengakui bahwa dirinya bisa memerintahkan jin, menguasai jin, bisa menangkap jin, memiliki khadam dari bangsa jin dan dapat bekerjasama dengan bangsa jin, maka pertanyaannya adalah: Apakah dia seorang rasul yang memiliki kemampuan yang sama dengan Nabi Sulaiman dan lebih mulia dari Rasulullah yang nyata-nyata mengakui bahwa dirinya tidak akan menyamai Nabi Sulaiman? Padahal Nabi Muhammad adalah manusia paling mulia dan paling dekat kepada Allah. Apakah manusia-manusia lemah itu menyadari posisinya dibanding baginda Rasul? Ataukah kesombongannya yang membuat dirinya merasa mampu untuk menyamai Nabi Sulaiman? Sesungguhnya Iblis dan setan-lah yang telah menguasai dirinya sehingga seakan-akan dirinya mengetahui segala urusan yang berkaitan dengan keghaiban. Sayangnya, mereka yang merasa lebih hebat dari Nabi Muhammad itu ada pula yang berasal dari kaum santri atau mengaku sebagai santri yang mengkultuskan kyai-kyai mereka yang "katanya" memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun!

Demikian tadabbur singkat dari surah al-Jin. Insya Allah, isi seria artikel ini secara keseluruhan berkaitan dengan dunia jin dan segala persoalan yang terkait dengannya. Dengan demikian, maka artikel ini merupakan tadabbur panjang dan luas dari surah al-Jin di atas. Wallahu a'lam.*5)


Kandungan Surah Al-Jinn



  • Ayat 1-2: Jin mendengarkan al-Qur'an dan beriman kepadanya.
  • Ayat 3-7: Pengagungan jin kepada Allah dan Meng-Tauhidkan- Nya dalam Ibadah.
  • Ayat 8-10: Naiknya jin ke langit dan mencuri-dengar, kemudian terhalang setelah Nabi Muhammad diutus.
  • Ayat 11-19: Klasifikasi jin menjadi dua, mukmin dan kafir.
  • Ayat 2028 Perintah Nabi menyampaikan dakwah dan kekhususan ilmu ghoib bagi Allah.

Pesan-pesan Surah

  1. Kita harus mengimani adanya makhluk bernama jin dan alamnya.
  2. Kita harus meyakini bahwa Yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak adalah Allah SWT. Jin hanyalah makhluk ciptaan- Nya sama seperti manusia yang lemah.
  3. Kita harus meyakini bahwa ayat-ayat al-Qur'an dapat memberi pengaruh kepada jin sebagaimana juga dapat berpengaruh kepada manusia.
  4. Di antara sifat-sifat jin yang harus kita waspadai adalah:

    • Mereka ada yang sesat dan menyesatkan, tapi ada juga yang beriman.
    • Mereka tidak dapat memberi manfaat ketika manusia meminta perlindungan kepada mereka.
    • Mereka tidak punya kekuatan ketika dihadapkan dengan kekuatan Allah SWT.

Footnote & Referensi:

*1) Tadabbur artinya adalah "Merenungi makna yang terkandung dalam ayat al-Qur'an dan memikirkannya serta menangkap prinsip-prinsip pokok ajaran yang terdapat padanya, lalu menjadikannya sebagai pedoman hidup". Hukum mentadabburi al-Qur'an oleh sebagian ulama dikatakan "wajib". Az-Zarkasyi menyebutkan bahwa membaca al- Qur'an tanpa tadabbur sangat dibenci (Baca: Abu Anas Muhammad al-Mallah dalam Fath al-Rabman fi Bayaan Hajr al-Qur'an, hal. 207-208), Kitab Fath ar-Rahman fi Bayaan Hajr al-Qur'an sangat baik dibaca oleh siapa saja, terutama seorang peruqyah yang kesehariannya membacakan al-Qur'an kepada pasien.

*2) Tim Penterjemah/Penafsir Al Qur'an Depag, Al-Qur'an

*3) Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafirab at-Tafaasir Vol. III, (Kairo: Dar ash-Shabuniy, cet. IX, tt), hal. 457.

*4) Ibid, hal. 458.

*5) Kalimat "Wallahu alam" merupakan adab para ulama ketika menutup pembicaraan mereka, baik dalam bentuk tulisan maupun ucapan. Terlebih-lebih lagi dalam membicarakan persoalan ghaib, tentu Allah lebih mengetahui secara hakiki.

============ ====== 

Referensi Buku: Fiqih Alam Jin – Musdar Bustamam Tambusai

 
 

0 Komentar